PURA KEREBAN LANGIT


Pura Kereban Langit diperkirakan sudah ada sejak tahun 923 Caka atau tahun 1001 Masehi., Pura ini terletak di Desa Sading Kecamatan Mengwi. Pura ini dulunya diempon oleh Puri Mengwi dan sekarang pertanggungjawaban atas pura ini diserahkan ke Puri Sading, dimana jumlah pengempon pura ini hanya 4 KK.

Sejak terbentuknya Kerajaan Mengwiraja pada tahun 1634, di bawah pimpinan I Gusti Agung Putu yang mabhiseka menjadi seorang raja maka disebutlah beliau dengan gelar Cokorda Sakti Blambangan. Maka Desa Sading menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Mengwi. Dikarenakan terjadi pengembangan di keluarga Puri Mengwi, salah satunya adalah membangun Puri Sading bersama masyarakat disekitar sana dan Pura Kereban Langit menjadi milik Puri Sading sehingga beberapa warga disana diberikan tugas untuk mengempon pura tersebut.

Pura Kereban Langit  ini memiliki struktur bangunan yang unik, selain dihiasi dengan arca dan patung patung khas purbakala. Struktur pura juga cukup unik, karena pura ini berlokasi didalam sebuah goa yang memiliki kedalaman sekitar 6 meter dari tebing atas dan pada dasar goa yang berjenjang. Namun di tengah tengah atap goa tersebut berlubang sehingga sinar matahari dapat tembus masuk kedalam goa. Kondisi pura tersebutlah yang membuat pura ini dinamakan Pura Kereban Langit. Pura Kereban Langit dapat diartikan sebagai pura yang Beratapkan langit.

Didalam goa inilah terdapat Tirtha Selaka yang dicari ketika proses kelahiran Sri Masula Sri Masuli. Selain terdapat Tirtha Selaka, didalam pura yang memiliki bentuk memanjang ini terdapat beberapa Pelinggih, yaitu Pelinggih Ratu Gede, Pelinggih Ratu Made dan Pelinggih Ratu Ayu yang berada tepat di sebelah kanan pancoran Tirtha Selaka.

Untuk diluar goa atau Jaba Tengah terdapat dua pelinggih Padma yang biasanya pemedek melakukan pengelukan dengan bungkak nyuh gading di pelinggih ini. Sebelum melakukan penglukatan di pelinggih ini ada baiknya untuk melukat dulu di pancoran yang berada di sebelah selatan pura, dimana air di pancoran ini berasal dari pancoran Tirtha Selaka yang ada di dalam goa.

Untuk piodalan di Pura Kereban Langit ini jatuh pada Hari Buda Wage Wuku Ukir. Saat upacara piodalan biasanya dihaturkan upakara yang sederhana yakni berupa Sesayut Pengambean. Upacara piodalan biasanya dipuput oleh Jro Mangku, yang mana untuk memilih mangku di pura yang termasuk Pura Dang Khayangan ini berdasarkan pada garis keturunan.

Selain umat yang berasal dari Desa Sading, Sempidi dan Lukluk, umat juga datang dari berbagai daerah yang ada di seluruh Bali. Umat yang pedek tangkil ke pura ini biasanya mempunyai tujuan untuk melukat atau prosesi pembersihan diri, memohon kesembuhan dan juga memohon keturunan. 

Di Pura Kereban Langit ada sedikit perbedaan dengan pura pura yang terdapat di Bali pada umumnya. Perbedaan itu iyalah tidak diperkenankannya menggunakan genta/bajra dalam pelaksanaan yadnya di pura ini dengan maksud tidak menyamakan dengan yang berstana disini.  Karena menurut kepercayaan bahwa beliau yang berstana di pura tersebut adalah seorang Ida Pedanda yang identik dengan kemahirannya dalam penggunaan genta.





MITOLOGI PURA KEREBAN LANGIT

Ketika sebelum Sri Masula dan Sri Masuli lahir, ayah beliau memohon kehadapan Bhatara Tohlangkir (Gunung Agung), agar segera permaisurinya dapat memberikan keturunan.

Atas petunjuk Bhatara di Gunung Tohlangkir kepada Dalem, agar permaisurinya segera dicarikan Tirtha Selaka. Oleh sebab itu, diutuslah seorang Brahmana untuk menelusuri wilayah Pulau Bali agar bisa memdapatkan Titha salaka tersebut.

Ketika Brahmana itu telah sampai disekitar Desa Sading, kemudian menuju Pura Kereban Langit. Dalam pura tersebut terdapat seorang penjahat yang sedang bersembunyi karena dikejar kejar oleh masyarakat hingga masuk ke sebuah goa. Bertemulah sang Brahmana dengan penjahat itu di dalam goa tersebut.

Pada saat itu si penjahat ketakutan karena Brahmana tersebut disangka akan menangkap dan membunuh dirinya. Kemudian sang Brahmana menjelaskan kepada penjahat itu tujuan sang Brahmana ke sana untuk mencari Tirtha Selaka atas perintah Dalem. Tetapi sang Brahmana belum mengetahui dimana adanya Tirtha Selaka yang dimaksud.

Atas petunjuk si penjahat, diberitahulah tempatnya dan sang Brahmana mengambil Tirtha tersebut, yang mengakibatkan lahirnya Sri Masula dan Sri Masuli yang kembar itu.