sumber : youtube
========================================================================
Tidak diketahui secara jelas kapan pura uluwatu dibangun oleh Mpu Kuturan atau Mpu Rajakreta pada masa pemerintahan suami-istri Sri Msula-Masuli pada sekitar abad XI. Namun, ada fakta menarik dari peninggalan historis di Pura Luhur Uluwatu. Peninggalan kuno di pura ini berupa candi kurung atau kori gelung agung yang menjulang megah membatasi areal jaba tengah dengan jeroan pura, diprediksi pura ini sudah ada sejak abad ke-8. Candi kuno itu menyatakan hitungan tahun Caka dengan Candrasangkala Gana Sawang Gana yang berarti tahun Caka 808 atau sekitar 886 Masehi. Jadi, sebelum datangnya Mpu Kuturan ke Bali.
Pura Luhur Uluwatu Berperan mempunyai peranan penting dalam Ista Dewata Bali. Dalam PadmaBhuana di Bali, Pura Uluwatu terletak di daerah baratdaya dimana merupakan tempat memuja Dewa Rudra. Selain posisi geografis, keunikan lain dari Pura Luhur Uluwatu adalah arah pemujaan yang menuju Barat Daya. Umumnya, di beberapa prahyangan lainnya di Bali, yang pemujaannya menghadap ke utara dan timur. Ketika kita lihat di sebelah kiri sebelum memasuki candi terdapat pelinggih Dalem Jurit ini dapat ditemukan 3 tugu Tri Murti, merupakan subuah tempat memuja Dewa Siwa Rudra. Di jaba tengah ini kita menoleh ke kiri lagi ada sebuah bak air yang selalu berisi air meskipun musim kering sekalipun. Hal ini dianggap suatu keajaiban dari Pura Luhur Uluwatu. Sebab, di wilayah Desa Pecatu adalah daerah perbukitan batu karang berkapur yang mengandalkan air hujan. Karena ada keajaibannya, maka bak air itu dikeramatkan. Biasanya digunakan untuk kepentingan tirta suci. Kemudian selanjutnya dari jaba tengah terus masuk akan melalui Candi Kurung. Candi Kurung ini diduga dibuat sekitar abad 11 Masehi, jika dihubungkan dengan keberadaan Candi Kurung bersayap yang ada di Pura Sakenan. Namun ada juga yang berpendapat bahwa Candi Kurung bersayap seperti ini ada di Jawa Timur peninggalan purbakala di Sendang Duwur dengan Candra Sengkala yaitu tanda tahun Caka dengan kalimat dalam bahasa Jawa Kuna sbb: Gunaning salira tirtha bayu, artinya menunjukkan angka tahun Caka 1483 atau tahun 1561 Masehi.
Candi Kurung Padu Raksa bersayap di Sendang Duwur sama dengan Candi Kurung Padu Raksa di Pura Luhur Uluwatu. Dengan demikian nampaknya lebih tepat kalau dikatakan bahwa Candi Kurung Padu Raksa di Pura Luhur Uluwatu dibuat pada zaman Dang Hyang Dwijendra yaitu abad XVI. Karena Dang Hyang Dwijendra-lah yang memperluas Pura Luhur Uluwatu.
Setelah kita masuk ke jeroan (bagian dalam pura) kita menjumpai bangunan yang paling pokok yaitu Meru Tumpang Tiga tempat pemujaan Dewa Siwa Rudra. Bangunan yang lainnya adalah bangunan pelengkap saja seperti Tajuk tempat meletakkan upakara dan Balai Pawedaan tempat pandita memuja memimpin upacara. Upacara piodalan atau hari raya besar di Pura Uluwatu jatuh pada hari Kliwon, wuku medangsia.
Kisah Sejarah Pura Uluwatu diawali dengan pemberian wahyu kepada Dhangyang Dwijendra.
Dikisahkan ketika pada suatu hari pada anggara kliwon wuku medangsia Dhangyang Dwijendra diberi wahyu dari Tuhan, supaya hari itu juga beliau harus pergi ke sorga. Pendeta Hindu asal Jawa Timur yang juga menjadi bhagawanta (pendeta kerajan) Gelgel pada masa keemasan Dalem Waturenggong sekitar 1460-1550, merasa bahagia karena saat yang dinanti-nantikannya telah tiba. Namun, pendeta yang juga memiliki nama Danghyang Nirartha itu masih menyimpan satu pusaka yang bakal diberikan kepada putranya. Di bawah ujung Pura Uluwatu, tampak seorang nelayan bernama Ki Pasek Nambangan. Danghyang Dwijendra meminta agar Ki Pasek Nambangan mau menyampikan kepada anaknya, Empu Mas di desa Mas bahwa Danghyang Dwijendra menaruh sebuah pusaka di Pura Luhur Uluwatu. Kemudian Ki Pasek Nambangan pun memberikan sebuah permintaan dari Dhangyang Nirarta. Kemudian Ki Pasek Nambangan akhirnya pergi, sementara Dhangyang Dwijendra melakukan tapa yoga semadi. Selanjutnya Maha Resi pun akhirnya moksah (Pergi ke surga tanpa meninggalkan badan kasar) dengan cepat seperti sebuah kilat. KI Pasek nambangan hanya melihat sebuah cahaya ke angkasa.
Cerita sejarah Pura Uluwatu ini kemudian berkembang menjadi kepercayaan masyarakat setempat dan Hindu di Bali. Bahwa keberadaan Pura Uluwatu memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan beragama masyarakat Hindu di Bali.