Tentang Asal – usul Nama dan Berdirinya Suatu Desa sudah barang tentu mempunyai latar belakang sejarah, dalam sejarah akan terungkap kapan berdirinya serta kenapa nama tersebut terpilih menjadi nama Desa, seperti halnya Nama Desa Abiansemal, untuk pengungkapan sejarah Desa Abiansemal tidaklah mudah , disebabkan oleh langkanya sumber pendukung baik tertulis maupun tak tertulis atau informasi.
Penulisan sejarah Desa Abiansemal ini adalah perpaduan antara sumber tertulis dengan tak tertulis dari imformen yang dapat dipercaya. Sejarah ini disajikan agar dapat dibaca, dipahami,dan dimengerti oleh pembaca khususnya masayarakat Desa Abiansemal hingga memiliki suatu kesan khusus tentang makna sejarah tersebut.
Sejarah Desa Abiansemal yang didapat dari sumber tertulis yakni :
• Usana Bali
• Babad Dalem
• Babad Mengwi
• Babad Pasek
• Sejarah Bali
Sumber tidak tertulis berupa imformasi yang diperoleh dari para tokoh Agama dan Tokoh Adat yang berada diwilayah Kecamatan Abiansemal, dijelaskan bahwa Desa Abiansemal sudah ada sejak Abad ke 14. Bila dibandingkan dengan sejarah nasional kita adalah sejajar dengan jaman Majapahit di Jawa Timur dan Jaman Dalem Ketut Ngulesir di Bali yakni pada Tahun 1380 – 1460. Hal tersebut diceritrakan lewat tulisan – tulisan yang memuat tentang Patih Gajah Mada yang menguasai Pulau Bali pada Tahun 1343. Di Abiansemal ia mengirim ekspedisinya Arya Tan Kaur, sebagai perwujudan dari Sumpah Palapa Gajah Mada.
Sebutan Abiansemal bila ditinjau dari arti kata ( Etimologi ), Abiansemal terdiri dari 2 ( Dua ) kata yaitu : “ Abian “ dan “ Mal “. Abian berarti tanaman, dan Mal berarti tanah subur, Abianmal yang berubah menjadi Abiansemal berarti tanaman yang tumbuh ditanah yang subur. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa Banjar yang ada di Desa Abiansemal menggunakan nama buah – buahan, antara lain : Banjar Juwet dan Banjar Aseman.
Kata Abiansemal bukan saja menjadi Nama Desa, bahkan menjadi nama salah Satu Kecamatan yaitu Kecamatan Abiansemal. Diceritrakan pula bahwa pada abad ke 16 Keluarga I Gusti Ngurah Dauh bersama – sama dengan Arya Tan Kaur berkuasa di Desa Abiansemal, kemudian pada Abad 17 Abiansemal berada di wilayah kekuasan Raja Mengwi yaitu Cekorda Munggu. Ketika itu Raja Mengwi mengutus Keluarga Kaba – kaba untuk berangkat ke Desa Abiansemal melalui Desa Sibang dan Mambal, karena kemalaman dijalan mereka menggunakan penerangan dari api daun kelapa kering ( bahasa Bali, Api prakpak ) setelah melewati sungai Ayung , jembatan Mambal sekarang, api penerangan yang digunakan makin suram karena bahanya makin habis dan akhirnya nyalanya padam sehingga yang tinggal hanya bunga – bunga api yang bahasa balinya disebut lelatu. Lelatu itu jatuh berserakan disekitar areal persawahan sebelah selatan desa abiansemal yang akhirnya tempat itu dinamakan Latu, serta Subak pada Areal persawahan itu bernama Subak Latu. Selanjutnya rombongan tersebut sampailah di Desa Abiansemal dan menetap di Banjar Aseman. sejak itulah desa Abiansemal menjadi Wilayah kekuasaan Kerajaan Mengwi.
(Pura Desa Abiansemal) |
Dari tahun ke tahun Abiansemal berkembang dan kuat untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan diantara Banjar – banjar yang ada di Desa Abiansemal maka dibangunlah Pura Kahyangan Tiga yakni : Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem. Bersamaan dengan itu pula dinobatkan Putra Raja Mengwi untuk menjadi Penguasa tunggal di Daerah Abiansemal dengan Gelar Cekorde Abiansemal, Tahun ( 1903 ). Setelah Belanda menguasai wilayah Abiansemal, secara Politis mengangkat Cekorde Abiansemal sebagai Punggawa yang wilayahnya meliputi tiga kedistrikan yaitu : Distrik Abiansemal, Distrik Blahkiuh, Distrik Sibang serta kemancaan Angantaka. Pada Tahun 1911 terjadilah peleburan Sistem Pemerintahan oleh Belanda dimana ketiga Distrik dijadikan satu dan wilayahnya diperluas meliputi Sedang dan Jagapati menjadi Distrik Abiansemal dan kini menjadi Kecamatan Abiansemal yang berkedudukan di Blahkiuh.
Masuknya Jepang di bumi pertiwi menambah beban penderitaan rakyat dengan sitem kerja paksanya yang lebih dikenal dengan nama Kerja Rodi. Hal ini terjadi pula setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, di bawah penindasan Pemerintah Nica, dengan semangat dan Jiwa patriotisme para pemuda di Desa Abiansemal dengan gigih mengadakan perlawanan yang menuntut pengorbanan. Pada tanggal 28 Juni 1948 terjadilan pembantaian oleh Pemerintah Belanda terhadap sejumlah Tokoh – tokoh Pemuda Pejuang Abiansemal yang tertangkap ketika mengadakan perlawanan.
Jumlah pemuda pejuang yang disiksa secara kerja oleh Belanda yang selanjutnya ditembak secara masal di depan masyarakat desa Abiansemal sebanyak 13 ( Tiga belas ) orang. Tempat penembakan itu kini diabadikan dengan didirikan Tugu Pahlawan.
Jumlah pemuda pejuang yang disiksa secara kerja oleh Belanda yang selanjutnya ditembak secara masal di depan masyarakat desa Abiansemal sebanyak 13 ( Tiga belas ) orang. Tempat penembakan itu kini diabadikan dengan didirikan Tugu Pahlawan.
No comments:
Post a Comment