PURA BUKIT PUCAK SINUNGGAL


sumber ; youtube
========================================================================

Pura Pucak Bukit Sinunggal merupakan salah satu Pura Dang Kahyangan yang ada di Bali Utara, Pura ini terletak di Desa Tajun, Kubutambahan. Menurut sejarahnya yang dalam buku "Pura Bukit Tunggal Dalam Prasasti" disusun Ketut Ginarsa, Balai Penelitian Bahasa, Singaraja, 1979, sebelum tahun 914 Masehi pura ini menjadi milik raja yang dipuja masyarakat Bali Utara pada zaman itu.

Image result for pura bukit sinunggalSecara administratif Pura bukit sununggal terletak di Desa Tajun, Kecamatan Kubu Tambahan, Kebupaten Buleleng. Seperti namanya, pura ini terletak di sebuah bukit dengan pemandangan yang asri yang dikenal dengan Bukit Sinunggal. Untuk sampai di lokasi Pura Bukit Sinunggal, kita dapat melalui jalur Denpasar - Kintamani, Pucak Penulisan melewati Desa Dausa menuju ke Desa Tajun. Jarak pura dari kota Buleleng kurang lebih 30 km dan dari kota denpasar kurang lebih 98 km.

Pura ini dulunya bernama Hyang Bukit Tunggal namun masyarakat biasa menyebutkan dengan Pura Bukit sinunggal. Sebelumnya mandala pura ini cukup sempit dengan pelinggih pelinggih yang sederhana, setelah diadakan beberapa pemugaran kini pura tampak indah dan asri. Dalam sejarahnya disebutkan bahwa pada abad ke 5 ida bhatara sudah melingga di pura ini yang konon hadir dari Gunung Himalaya, India diiringi Bhatara Ganesa. Karena itu Ganesa terdapat di dalam pelinggih utama di Meru Tumpang Pitu. Didalam prasasti hyang bukit tunggal juga disebutkan bahwa Pura Bukit Sinunggal dulunya disungsung oleh raja raja dari seluruh bali. Pura Bukit Sinunggal terletak di sebuah bukit, dengan ketinggan kurang lebih 600 m diatas permukaan laut. Untuk sampai di utama mandala pura, kita harus menaiki 113 anak tangga sepanjang kurang 300 meter. 

Menurut penuturan Pemangku Pura, para pemedek yang ingin tangkil ke pura ini harus terlebih dahulu membersihkan diri di Beji Pura Air Tabar, kemudian ke Pura Dasar Bhuwana, tempat melinggih-nya Batara Siwa Budha, barulah ke Pura Bukit Sinunggal. Sebelum sampai di utama mandala, di areal paling bawah, terdapat sebuah candi bentar dengan dua buah apit lawang di kanan kirinya. Di pelataran ini terdapat sebuah pelinggih yang disebut dengan pelinggih empulawang, sebagai stana Bhatara Ratu Bagus Manik Ulap. Sebelum menuju pura utama, hendaknya kita terlebih dahulu menghaturkan sembah di pelinggih ini. Secara sekala, pelinggih ini merupakan penjaga, sebelum memasuki areal tersuci pura. Dari areal ini kita dapat menaiki beberapa buah anak tangga yang akan mengantarakan kita menuju utama mandala. Di tengah perjanan, berdiri sebuah pelinggih yang disebut dengan pelinggih lebuh. Fungsi pelinggih ini adalah pengayatan ke Bhatara Segara. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sepuluh menit, kita akan sampai di areal utama mandala Pura Bukit Sinunggal.

Sebelum masuk ke areal utama mandala, di sisi kanan pura berdiri sebuah bangunan terbuka yang berfungsi sebagai wantilan pura. Di sebelah wantilan terdapat sebuah pohon besar, dengan sebuah pelinggih aling aling, yang berfungsi sebagai penjaga. Melewati sebuah candi bentar, kita akan memasuki utama mandala Pura Bukit Sinunggal. Suasana di mandala ini terasa begitu sejuk dan begitu tenang. Naungan beberapa pohon besar, semakin menguatkan kesan sakral kental dengan aroma kesucian. Dengan luas sekitar dua puluh are, pelataran utama mandala Pura Bukit Sinunggal dihiasi beberapa buah pelinggih, termasuk pelinggih utama pura. Berada di utama mandala, pandangan kita akan langsung tertuju pada sebuah meru tumpang tujuh, yang dikelilingi tembok penyengker. Meru ini merupakan pelinggih pokok pura, stana dari Ida Ratu Pucak Sinunggal atau Bhatara Lingsir, yang bergelar Ida Ratu Manik Astagina, sekaligus merupakan penguasa delapan penjuru mata angin. 

Adanya tembok penyengker yang mengelilingi meru bukannya tanpa alasan. Jelas ini menunjukkan bahwa tidak semua sembarang orang boleh memasuki areal meru, kesucian hati dan pikiran merupakan syarat mutlak untuk memuja beliau disini. Di sebelah meru, berdiri sebuah padma yang merukan lingga stana Ida Hyang Pasupati. Tepat di depan padma, berdiri sebuah pohon beringin besar dengan pelinggih yang ada dibawahnya sebagai stana Ratu Ayu Mas Melanting. Di sebelah pohon beringin, berdiri sebuah pelinggih sebagai pengayatan Ratu Gede Dalem Ped, dan pelinggih Ratu Ngurah Tangkeb Langit atau Ratu Wayan Tebeng. Di sisi kanan meru berdiri beberapa pelinggih sebagai pengayatan sapta dewata yaitu Pura Lempuyang, Besakih, Batur, Batukaru, Andakasa, Pucak Mangu, dan Beratan. Di mandala ini terdapat sebuah arca yang merupakan pengayatan ke Segara Majapahit. Jeroan pura juga dilengkapi oleh beberapa bangunan pelengkap seperti gedong penyimpenan, bale gong, pesamuan dan bale dana punia. 

Image result for pura bukit sinunggal
Piodalan adalah upacara pemujaan kehadapan Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasiNya lewat sarana pemerajan, pura kahyangan dengan ngelinggihang atau ngerekayang dalam hari hari tertentu. Hari piodalan suatu pura terkait dengan upacara peresmian pertama kali atau pemelaspas dan ngenteg linggih. Perhitungan piodalan di Pura Bukit Sinunggal dilaksanakan berdasarkan pawukon dan wewaran, sehingga piodalannya jatuh pada purnamaning kapat, atau saat bulan Oktober. Pada piodalan itu Ida Batara nyejer selama 7 hari. Saat piodalan ribuan pemedek tangkil dari berbagai daerah. Pura Bukit Sinunggal merupakan pura dengan masyarakat pangempon yang cukup besar. Pangempon pura ini berasal dari 11 desa, yang ada di Kecamatan Kubu Tambahan, diantaranya adalah Desa Tajun, Tunjung, Depa, Bayad, Sembiran, Pacung, Bangkah, Tamblang, Tangkid, Mangening, dan Kelampuak. Di Desa Tajun sendiri pangempon pura berjumlah hampir 1500 kepala keluarga. Pangempon pura, merupakan penyangga utama pura, baik itu dari upakara dan upacara yang dilaksanakan rutin.  

Pemugaran pura yang dilaksanakan tahun 1990, merupakan swadaya dari masyarakat pangempon yang menghaturkan dana punia. Pura Bukit Sinunggal merupakan salah satu pura yang sangat sakral. Menurut penuturan mangku pura, bila akan terjadi bencana besar dari meru akan memancarkan sinar merah terang dan beberapa kali telah terbukti. Tak heran jika banyak pemedek yang sengaja datang dari jauh untuk dapat tangkil di pura ini. Banyak pemedek yang datang ke pura ini bermula dari mimpi mimpi. Sebagian datang untuk memohon obat maupun kesejateraan. Masyarakat yang datang ke Pura Bukit Sinunggal berasal dari berbagai kalangan, dari pejabat sampai wisatawan asing yang menerima bisikan dari mimpi. Keberadaan Pura Bukit Sinunggal sangat disucikan oleh masyrakat, ini terbukti dengan tidak diperbolehkannya wisatawan asing memasuki areal pura, kecuali akan melakukan persembahyangan. Pura Bukit Sinunggal merupakan salah satu pura yang sangat baik untuk melakukan meditasi, vibrasi suci yang mengalir kuat memancarkan kedamaian di setiap raga yang berada di parahyangan ini.