PURA LUHUR PUCAK BUKIT SARI

sumber : youtube
========================================================================

Pura Luhur Pucak Bukit Sari terletak di Desa Pakraman Pacung, Kec. Baturiti, Kab. Tabanan, Bali memiliki keunikan dimana sebagai tempat pasupati tapakan barong di Bali. Puluhan petapakan barong pernah melaksanakan prosesi pasupati di pura ini. Di antaranya tapakan dari daerah Tabanan seperti Nawa Sanga Pucak Kembar, Puseh Dasar Senganan Kanginan Penebel, Petiga Marga, Beluangan Perean Kangin, Tangeb, Selingsing Cepaka, dll. Dari daerah Kabupaten Badung seperti Moncos, Tegal Narungan, Sobangan, Nungnung, Lipah, Nyelati Kuwum, Pacung Blahkiuh, Dalem Swargan Blahkiuh, Dalem Pancer Blahkiuh, Dalem Gede Blahkiuh, Kapal Bangun Sakti, Kapal Taman Sari, dll.


Mengenai piodalan di pura ini dilaksanakan setiap hari saniscara kliwon wuku landep bertepatan dengan memperingati rahinan Tumpek Landep. Mengingat statusnya sebagai pura kahyangan jagat, penangkil pun datang dari berbagai daerah di Bali untuk memuja kebesaran Beliau dalam perwujudannya sebagai Sanghyang Siwa Pasupati.

Sejarah Pura Pucak Bukit Sari

Mengenai keberadaan pura ini dapat diketahui berdasarkan Purana Pura Pucak Bukit Sari dan tanda grafis pada aling-aling di madya mandala. Keberadaan pura ini tidak dapat dilepaskan dari perjalanan Arya Sentong dengan Ratu Sakti untuk datang ke Bali dari Nusa Penida. Setibanya di tanah Bali keduanya menuju ke Pucak Sangkur, dan setelah tiba di tempat ini mereka melakukan yoga semadhi. Pada saat yoga terdengarlah sabda “Hai engkau anakku berdua, aku adalah Bhatara Hyang Semeru, aku juga disebut dengan Bhatara Hyang Siwa Pasupati, aku juga berstana di Candi Pura Purusada di Desa Kapal, stanaku yang lain adalah di Kahyangan Jati Batur, di tempat engkau melakukan yoga juga aku berstana (Pucak Sangkur), sekarang aku titahkan engkau berdua lanjutkan perjalanan suci ini, tempuhlah perjalanan ke arah selatan, carilah yang namanya Bukit Sari karena di bukit ini dimasa lampau aku juga yang menciptakan, pada Bukit Sari itulah nantinya aku juga berkeinginan untuk berstana, demikian titahku kepada kalian berdua.”



Setelah mendengar sabda kedua orang itu segera berangkat menuju arah selatan dan tibalah di Bukit Sari (wilayah Pacung sekarang). Setelah melakukan konsultasi dengan masyarakat Pacung, akhirnya tercapai kesepakatan dan segera membangun parahyangan. Dengan perasaan yang tulus masyarakat merabas tumbuh-tumbuhan di Bukit Sari dan memohon petunjuk kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa. Kemudian terdengarlah sabda “Hai engkau sekalian yang berkumpul di tempat ini, demikian juga di tempat ini bangunlah stana lingga Hyang Bhatara Pucak Sangkur, Bukit Jati, Prasada Kapal, Alas Sangeh. Akulah (Sanghyang Siwa Pasupati) yang berstana pada kahyangan yang engkau buat ini.”




Setelah mendengar sabda yang demikian itu barulah dilanjutkan dengan membuat parhyangan Hyang Bhatara, sekalian orang yang ada di Bukit Sari dengan hati yang tulus ikhlas mengabdikan dirinya kehadapan Hyang Bhatara. Tidak diceritakan lamanya pengerjaan pura tersebut, disebutkan parhyangan yang dibuat itu telah rampung dikerjakan barulah dilanjutkan dengan prosesi upacara pecaruan dan dewa yadnya pada isaka 1432 atau 1510 Masehi. Dimana tempat suci yang baru selesai disucikan diberikan nama Pura Bukit Sari sesuai dengan nama bukit tersebut yang terletak di Desa Pacung, sebagai tempat memuja kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa dalam prabhawanya sebagai Sanghyang Siwa Pasupati.



Tatkala itu terdengar suara gaib dari Sanghyang Siwa Pasupati, “Hai engkau masyarakat Pacung, parhyangan ini sebagai tempat untuk memohon pasupati barong dimana tatkala aku memberikan pribasi suci (pemberi pasupati) aku bergelar Bhatara Gede Sakti Ngawa Rat. Aku (Sanghyang Siwa Pasupati) berhak memberikan pengurip-urip/ pasupati terhadap semua tapakan barong di Bali. Kahyangan ini berfungsi sebagai kahyangan umum, selain sebagai tempat nunas pasupati barong, juga untuk tempat memohon waranugraha demi keselamatan tanaman di sawah-sawah, sehingga menyebabkan segala apa yang engkau tanam akan tumbuh dengan subur.”



Keberadaan Pura Pucak Bukit Sari ini diperkuat dengan adanya tanda grafis pada aling-aling di madya mandhala yang berbunyi:“Om, Ang Ung Mang, Nama Siwa Cala Tapya, Rajya Rsi Bhatara, Giri Sangkur Iniketnya, Ikang Candra Sangkala 1432”. Artinya: ”Ia Tuhan dalam wujud Siwa (Brahma, Wisnu, Siwa) kahyangan ini tiada lain tempat stana dan pertapaan Sanghyang Siwa sebagai gurunya jagat tiga ini dan beliau sebagai raja makhluk yang bergelar Sanghyang Siwa Pasupati dan sebagai guru yogi/ pandhitanya dunia ini, yang erat kaitannya dengan Pucak Sangkur, dibangun pada tahun saka 1432 atau 1510 Masehi.”



Pura ini juga memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan sejumlah pura yang ada di Bali seperti Pura Pucak Kembar-Pacung, Pura Pucak Sangkur, Pura Jati-Batur, Pura Purusada-Kapal, Pura Alas Sari-Sangeh, dan Pura Uluwatu. Keterkaitan Bukit Sari, Bukit Sangkur, Bukit Jati, Prasada Kapal merupakan lingga stana Sanghyang Siwa Pasupati. Sementara itu, hubungan Bukit Sari dengan Bukit Uluwatu dan Hutan Sari Sangeh keterkaitan dengan lambang kesuburan alam semesta ini khususnya di Pulau Bali karena tidak terlepas dari pengaruh waranugraha Sanghyang Siwa Pasupati sebagai penguasa makhluk hidup. Sedangkan hubungannya Bukit Sari dengan Pura Pucak Kembar seperti tersurat dalam purana,…Wukit Sari, Gunung Pucak Kembar, ika mangdadhya tunggil rikaswenya,… dst. Dari ungkapan ini tersirat secara geografis terletak dalam satu wilayah, bahkan pada setiap ada rangkaian pujawali di Pura Pucak Kembar selalu menghaturkan piuning di Pura Bukit Sari. Demikian pula tapakan Nawa Sanga yang berstana di Pura Pucak Kembar bila tedun ke jaba kuta selalu diawali dengan nunas pasupati di Pura Bukit Sari karena di dalam purana disebutkan keberadaannya adalah satu.



Berdasarkan uraian purana dan tanda grafis di atas, sangatlah jelas bahwa Pura Pucak Bukit Sari merupakan pura kahyangan jagat sebagai tempat memuja kebesaran Tuhan dalam prabhawanya sebagai Sanghyang Siwa Pasupati. Pura ini pula sebagai tempat suci untuk nunas pasupati tapakan barong di Bali serta memohon keselamatan tanaman di bidang pertanian.